Senin, 13 April 2015



KADO DIUJUNG SENJA


          Rumah besar dan mewah itu ia biarkan kosong. Tak ada seorang pun yang tahu pemilik  rumah itu pergi entah kemana. Tak ada seorang pun  yang mengunjungi  rumah tersebut. Banyak orang bertanya-tanya dimana pemilik rumah itu,mungkinkah ia sedang pergi mengunjungi saudaranya yang diluar kota, ataupun yang lain. Tak terdengar berita sedikitpun tentang keberadaan   pemilik rumah tersebut.
                                                          ***
          Beberapa hari setelah pemilik rumah itu meninggalkan rumahnya, baru kemarin pemilik rumah tersebut terlihat.Pemilik rumah tersebut tak lain adalah ibu dari teman sekelasku , Mila. Sejak ditinggal ayahnya satu tahun yang lalu, Mila seorang gadis yang  kini duduk dibangku kelas XII SMA Negeri  yang cantik nan pintar serta yang selalu terlihat ceria dan ramah kepada semua orang kini berubah menjadi wanita yang pemurung,penyendiri dan pelamun. Ibarat air mengalir yang jernih tiba-tiba air tersebut berhenti mengalir.
Mila hanya tinggal bersama ibu dan seorang adik laki-laki yang bernama Aldo yang masih berumur lima tahun. Ayah Mila itu dulunya seorang pengusaha yang begitu sukses , ia meninggal karena terkena serangan jantung , ayah mila tersebut meninggalkan sejumlah harta untuk anak dan istrinya.
                                                          ***
          Mila adalah teman sekelas sekaligus tetanggaku, dia begitu baik kepadaku.
          Esoknya disekolah, Mila datang dan langsung duduk dibangkunya, tanpa menyapa siapapun yang ada dikelas itu. Beberapa jam kemudian, bel istirahat terdengar. Kucoba mendekati Mila dan mengajaknya untuk pergi kekantin. Ku mulai membuka pembicaraan dengannya.
Tet...Tet...Tet...
          “Hai Mil, kekantin yukkk...” ajakku kepada Mila.
          “Gak deh , makasih” jawabnya tanpa melihat kearahku.
          “Ayolah Mil , aku udah laper banget nih , kalau kamu belum laper ,temani aku aja deh kekantin” ajakku dengan nada agak memaksa.
          “Sekali lagi ku minta maaf, ku gak bisa temani kamu ke kantin” katanya dengan suara lembut.
Aku yang tadinya berdiri disampingnya , kini kududuk disebelahnya.
          “Mil apa sih yang sedang kamu fikirkan saat ini ??? jika ada apa-apa cerita aja ke aku,aku janji gak akan ngasih tau.......” belum selesai aku ngomong bel masuk udah berbunyi.
Tet....Tet....Tet...
Beberapa jam kemudian,
          Bel berbunyi , tanda berakhirnya pelajaran. Saat pulang sekolah , kulihat ia terburu-buru pulang.
          Sesampainya aku didepan rumahnya , terlihat ia dan ibunya pergi naik kijang entah kemana. Dan ku mulai bertanya-tanya , dimana Aldo , kok dia tidak ikut pulang kerumahnya.
          Keesokannya , Mila tak masuk lagi. Sedari kemarin rumahnya masih terlihat sepi, tak ada seorangpun yang datang kerumah itu.
          “Anehhh,,, kemana mereka berdua?? Kenapa sekarang Mila jarang masuk dan tiba-tiba ada dirumah kadang tiba-tiba muncul begitu saja, apa sih yang sedang terjadi ??” gumamku.
                                                          ***   
          Tiga hari setelah tak tau keberadaan mereka entah kemana. Kini ia pulang hanya bersama ibunya. Esoknya ku pergi kerumah Mila dan mengajaknya mengobrol tentang apa yang terjadi antara kepergiaannya yang tiba-tiba entah kemana.
          “Assalamualaikum...” ucapku kepada pemilik rumah.
“Walaikumsallam... ada yang bisa ku bantu ?? ” jawab Mila kepadaku.
          “Nggak kok, aku hanya ingin berkunjung kemari. Apakah kamu keberatan apabila akudisini??”
          “Tidak, silahkan masuk!!!” ajaknya
Masuklah kami berdua dan aku dipersilahkan duduk, aku mulai membuka pembicaraan dengannya.
          “Ngomong-ngomong rumah kamu kok sepi sih?? Pada kemana nih??” tanyaku agak berbasa-basi.
          “Lagi dibelakang” jawabnya.
          “Oh ya ,udah berbulan-bulan aku kok gak pernah ngeliat Aldo sih ?? kemana dia ?? aku kangen sama ketawa dan candanya” tanyaku lagi.
Tiba-tiba berlinanglah air mata Mila, dan Mila menceritakan kepadaku. Bahwa adik satu-satunya yang ia sayang kini sedang sakit parah disebuah rumah sakit diluar kota. Aku mencoba menenangkannyadan menghiburnya.
Kurang seminggu lagi hari ulang tahun Aldo tiba, Mila memintaku untuk membantunya membelikan kado teristimewa untuknya. Kami berdua beranjak pergi ke mall terdekat disekitar rumah kami.Mila bergegas mengambil sepeda motor.
Setibanya di mall tersebut aku dan Mila pergi ke toko baju muslim. Mila ingat dengan kata-kata yang diucapkan sebelum Aldo sakit jikalau ia menginginkan baju koko sekaligus sarung dan songkok, ia ingin shalat dengan khusuk bersama kakak dan ibunya. Mila segera membelikan baju serta sarung dan songkok tersebut, tak lupa ia membungkus kado tersebut dengan sangat indah. Aku terharu dengan apa yang dilakukan oleh temanku tersebut. Aku diajak Mila untuk menjenguk adiknya minggu depan di rumah sakit, karena minggu depan hari libur , akhirnya aku mau pergi bersama dia untuk menjenguk  adiknya.
                                                          ***
          Seminggu kemudian, aku pergi bersama Mila dan ibunya. Sesampainya disana kulihat Aldo terbaring tak berdaya di sebuah kamar paling ujung, terpampang nama kamar tersebut, ICU. Aku tak kuasa menahan tangis dan ku pergi ijin ke kamar mandi.
          “Begitu besar cobaan yang telah dilalui anak sekecil Aldo yang harus menderita penyakit sebesar itu” kataku dalam hati.
          Aku balik ke kamar itu dan bertanya ,
          “Apakah Aldo tadi sudah sadar sedari aku sedang ke kamar mandi??” tanyaku.
          “Belum sadar juga Aldo nak, ibu takut sekali.” Jawab ibu Mila.
Senja telah datang , waktu menunjukkan pukul 05.30 sore, matahari mulai terbenam. Aldo perlahan-lahan membuka matanya. Semua orang merasa senang. Segera tanpa pikir panjang  Mila memberikan kado teristimewa tersebut kepada Aldo. Aldo mulai membuka mulut dan mencoba untuk berkata.
“Selamat ulang tahun adikku, semoga Allah segera memberimu kesembuhan. Aldo, kakak bawakan hadiah istimewa yang kamu inginkan” ucap Mila dengan mata merah dan nada tersedu-sedu habis menangis.
“Ma...makasih...kak, aku..ing..in mem..buka..kado dari kakak..”kata Aldo dengan nada yang lemah dan rendah serta tersedu-sedu.
Karena kedo ulang tahun yang diberikan oleh kakaknya , Aldo sangat senang sekali dan segera ia mengucapkan permintaan terakhirnya sekaligus menggunakan hadiah dari kakaknya tersebut.
“Kakak..ibu..maaf..kan..kesa..lahanku..yang..telah..aku perbuat selama ini..a..apabila aku telah dipanggil oleh sang khalik, aku..mo..mohon ibu dan kakak bisa menerima dan kuat..aku tak ingin kalian menangis didepan ku nanti...aku..ingin kalian berdua..bisa mengikhlaskanku..dan..untuk kakakku..aku ingin..kakak seperti..dulu lagi yang selalu ceria..
Permintaan terakhirku ,aku ingin ki..ta..ber..sama shalat berjamaah..”pinta Aldo dengan pelan dan suara terbata-bata.
          “Baiklah,”kata ibu dan Mila.
          Kemudian kami berempat shalat bejamaah , bacaan salam  diucapkan dan Aldo menghembuskan nafas terakhirnya. Semua orang menangis akan kepergian Aldo, anak mungil yang lucu nan imut.
                                                          ***
          Beberapa bulan kemudian , setelah sang adik tersayang pergi meninggalkan ia dan ibunya , kini ia menjadi sosok  wanita yang kuat dan sabar serta bisa menerima apa yang telah terjadi. Sosok yang dulunya pemurung dan pendiam kini berubah menjadi gadis yang ceria dan sabar. Dibalik berubahnya sifat seseorang terkadang menyimpan sesuatu yang tak disangka- sangka.

by : Fatma Nurkholidah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar