Rumah besar dan mewah itu ia biarkan
kosong. Tak ada seorang pun yang tahu pemilik
rumah itu pergi entah kemana. Tak ada seorang pun yang mengunjungi rumah tersebut. Banyak orang bertanya-tanya
dimana pemilik rumah itu,mungkinkah ia sedang pergi mengunjungi saudaranya yang
diluar kota, ataupun yang lain. Tak terdengar berita sedikitpun tentang
keberadaan pemilik rumah tersebut.
***
Beberapa hari setelah pemilik rumah
itu meninggalkan rumahnya, baru kemarin pemilik rumah tersebut terlihat.Pemilik
rumah tersebut tak lain adalah ibu dari teman sekelasku , Mila. Sejak ditinggal
ayahnya satu tahun yang lalu, Mila seorang gadis yang kini duduk dibangku kelas XII SMA Negeri yang cantik nan pintar serta yang selalu
terlihat ceria dan ramah kepada semua orang kini berubah menjadi wanita yang
pemurung,penyendiri dan pelamun. Ibarat air mengalir yang jernih tiba-tiba air
tersebut berhenti mengalir.
Mila hanya
tinggal bersama ibu dan seorang adik laki-laki yang bernama Aldo yang masih
berumur lima tahun. Ayah Mila itu dulunya seorang pengusaha yang begitu sukses
, ia meninggal karena terkena serangan jantung , ayah mila tersebut
meninggalkan sejumlah harta untuk anak dan istrinya.
***
Mila adalah teman sekelas sekaligus
tetanggaku, dia begitu baik kepadaku.
Esoknya disekolah, Mila datang dan
langsung duduk dibangkunya, tanpa menyapa siapapun yang ada dikelas itu.
Beberapa jam kemudian, bel istirahat terdengar. Kucoba mendekati Mila dan mengajaknya
untuk pergi kekantin. Ku mulai membuka pembicaraan dengannya.
Tet...Tet...Tet...
“Hai Mil, kekantin yukkk...” ajakku
kepada Mila.
“Gak deh , makasih” jawabnya tanpa
melihat kearahku.
“Ayolah Mil , aku udah laper banget
nih , kalau kamu belum laper ,temani aku aja deh kekantin” ajakku dengan nada
agak memaksa.
“Sekali lagi ku minta maaf, ku gak
bisa temani kamu ke kantin” katanya dengan suara lembut.
Aku yang
tadinya berdiri disampingnya , kini kududuk disebelahnya.
“Mil apa sih yang sedang kamu fikirkan
saat ini ??? jika ada apa-apa cerita aja ke aku,aku janji gak akan ngasih
tau.......” belum selesai aku ngomong bel masuk udah berbunyi.
Tet....Tet....Tet...
Beberapa jam
kemudian,
Bel berbunyi , tanda berakhirnya
pelajaran. Saat pulang sekolah , kulihat ia terburu-buru pulang.
Sesampainya aku didepan rumahnya ,
terlihat ia dan ibunya pergi naik kijang entah kemana. Dan ku mulai
bertanya-tanya , dimana Aldo , kok dia tidak ikut pulang kerumahnya.
Keesokannya , Mila tak masuk lagi.
Sedari kemarin rumahnya masih terlihat sepi, tak ada seorangpun yang datang
kerumah itu.
“Anehhh,,, kemana mereka berdua??
Kenapa sekarang Mila jarang masuk dan tiba-tiba ada dirumah kadang tiba-tiba
muncul begitu saja, apa sih yang sedang terjadi ??” gumamku.
***
Tiga hari setelah tak tau keberadaan
mereka entah kemana. Kini ia pulang hanya bersama ibunya. Esoknya ku pergi
kerumah Mila dan mengajaknya mengobrol tentang apa yang terjadi antara
kepergiaannya yang tiba-tiba entah kemana.
“Assalamualaikum...” ucapku kepada
pemilik rumah.
“Walaikumsallam...
ada yang bisa ku bantu ?? ” jawab Mila kepadaku.
“Nggak kok, aku hanya ingin berkunjung
kemari. Apakah kamu keberatan apabila akudisini??”
“Tidak, silahkan masuk!!!” ajaknya
Masuklah kami
berdua dan aku dipersilahkan duduk, aku mulai membuka pembicaraan dengannya.
“Ngomong-ngomong rumah kamu kok sepi
sih?? Pada kemana nih??” tanyaku agak berbasa-basi.
“Lagi dibelakang” jawabnya.
“Oh ya ,udah berbulan-bulan aku kok
gak pernah ngeliat Aldo sih ?? kemana dia ?? aku kangen sama ketawa dan
candanya” tanyaku lagi.
Tiba-tiba
berlinanglah air mata Mila, dan Mila menceritakan kepadaku. Bahwa adik
satu-satunya yang ia sayang kini sedang sakit parah disebuah rumah sakit diluar
kota. Aku mencoba menenangkannyadan menghiburnya.
Kurang
seminggu lagi hari ulang tahun Aldo tiba, Mila memintaku untuk membantunya
membelikan kado teristimewa untuknya. Kami berdua beranjak pergi ke mall
terdekat disekitar rumah kami.Mila bergegas mengambil sepeda motor.
Setibanya
di mall tersebut aku dan Mila pergi ke toko baju muslim. Mila ingat dengan
kata-kata yang diucapkan sebelum Aldo sakit jikalau ia menginginkan baju koko
sekaligus sarung dan songkok, ia ingin shalat dengan khusuk bersama kakak dan
ibunya. Mila segera membelikan baju serta sarung dan songkok tersebut, tak lupa
ia membungkus kado tersebut dengan sangat indah. Aku terharu dengan apa yang
dilakukan oleh temanku tersebut. Aku diajak Mila untuk menjenguk adiknya minggu
depan di rumah sakit, karena minggu depan hari libur , akhirnya aku mau pergi
bersama dia untuk menjenguk adiknya.
***
Seminggu kemudian, aku pergi bersama
Mila dan ibunya. Sesampainya disana kulihat Aldo terbaring tak berdaya di
sebuah kamar paling ujung, terpampang nama kamar tersebut, ICU. Aku tak kuasa
menahan tangis dan ku pergi ijin ke kamar mandi.
“Begitu besar cobaan yang telah dilalui
anak sekecil Aldo yang harus menderita penyakit sebesar itu” kataku dalam hati.
Aku balik ke kamar itu dan bertanya ,
“Apakah Aldo tadi sudah sadar sedari
aku sedang ke kamar mandi??” tanyaku.
“Belum sadar juga Aldo nak, ibu takut
sekali.” Jawab ibu Mila.
Senja
telah datang , waktu menunjukkan pukul 05.30 sore, matahari mulai terbenam. Aldo
perlahan-lahan membuka matanya. Semua orang merasa senang. Segera tanpa pikir
panjang Mila memberikan kado teristimewa
tersebut kepada Aldo. Aldo mulai membuka mulut dan mencoba untuk berkata.
“Selamat
ulang tahun adikku, semoga Allah segera memberimu kesembuhan. Aldo, kakak
bawakan hadiah istimewa yang kamu inginkan” ucap Mila dengan mata merah dan nada
tersedu-sedu habis menangis.
“Ma...makasih...kak,
aku..ing..in mem..buka..kado dari kakak..”kata Aldo dengan nada yang lemah dan
rendah serta tersedu-sedu.
Karena
kedo ulang tahun yang diberikan oleh kakaknya , Aldo sangat senang sekali dan
segera ia mengucapkan permintaan terakhirnya sekaligus menggunakan hadiah dari
kakaknya tersebut.
“Kakak..ibu..maaf..kan..kesa..lahanku..yang..telah..aku
perbuat selama ini..a..apabila aku telah dipanggil oleh sang khalik,
aku..mo..mohon ibu dan kakak bisa menerima dan kuat..aku tak ingin kalian
menangis didepan ku nanti...aku..ingin kalian berdua..bisa
mengikhlaskanku..dan..untuk kakakku..aku ingin..kakak seperti..dulu lagi yang
selalu ceria..
Permintaan
terakhirku ,aku ingin ki..ta..ber..sama shalat berjamaah..”pinta Aldo dengan
pelan dan suara terbata-bata.
“Baiklah,”kata ibu dan Mila.
Kemudian kami berempat shalat bejamaah
, bacaan salam diucapkan dan Aldo
menghembuskan nafas terakhirnya. Semua orang menangis akan kepergian Aldo, anak
mungil yang lucu nan imut.
***
Beberapa bulan kemudian , setelah sang
adik tersayang pergi meninggalkan ia dan ibunya , kini ia menjadi sosok wanita yang kuat dan sabar serta bisa
menerima apa yang telah terjadi. Sosok yang dulunya pemurung dan pendiam kini
berubah menjadi gadis yang ceria dan sabar. Dibalik berubahnya sifat seseorang
terkadang menyimpan sesuatu yang tak disangka- sangka.
by : Fatma Nurkholidah